Saturday, March 12, 2016

TEKNIK BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN BELUT

Teknik Budidaya dan Pemeliharaan Belut.
Poro sedulur… Budidaya belut sebenarnya tidak sulit dan juga tidak mahal. Masyarakat yang memiliki lahan sempitpun dapat memelihara belut. Secara Teknis Budidaya dan Pemeliharaan Belut (monopterus albus) hanya memerlukan perhatian dalam memilih tempat/lokasi budidaya, pembuatan kolam, media pemeliharaan, memilih benih, perkembangbiakan belut, penetasan, makanan dan kebiasaan makan serta hama. Disisi lain kita memerlukan tata cara panen, pasca panen, pemasaran dan pencatatan.

Nah mari kita simak ulasan beberapa langkah atau Teknik Budidaya dan Pemeliharaan belut :

Tempat/Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi bakal pembuatan kolam ditempat yang tidak secara langsung terkena sinar matahari, meskipun dapat disiasati dengan pemberian peneduh. Disamping itu luas lahan dengan memperhatikan kemiringan dan batas calon kolam. Kolam ini dapat diatas tanah atau galian tanah, hal ini tergantung pada luas lahan yang akan memudahkan pengamatan, pembangunan konstruksi kolam, seperti pintu air, saringan dan lain sebagainya.

Pembuatan kolam
Lokasi yang telah ditentukan dengan memperhatikan persyaratan teknis dan jenis kolam, baik kolam penampungan induk, kolam pemijahan dan pendederan serta kolam pembesaran. Kolam-kolam ini memiliki ukuran tersndiri, pertama, Kolam Penampungan Induk berukuran 200 cm x 400 cm x 80 cm, kedua Kolam Pemijahan 200 cm x 200 cm x 100 cm, ketiga, Kolam Pembesaran 500 cm x 500 cm x 120 cm.

Media Pemeliharaan
Kolam budidaya belut menggunakan media pemeliharaan sebagai tempat hidup berupa tanah/lumpur sawah yang dikeringkan, pupuk kandang, pupuk kompos (sekam/gabah padi yang dibusukkan), jerami padi, cincangan batang pisang, pupuk urea dan NPK dengan perbandingan kurang lebih sebagai berikut :
Lapisan paling bawah tanah/lumpur setinggi 20 cm.
1.  Lapisan pupuk kandang setinggi 5 cm.
2. Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm.
3. Lapisan Pupuk kompos setinggi 5 cm.
4. Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm.
5. Lapisan jerami padi setinggi 15 cm, yang diatasnya ditaburi secara merata pupuk urea 2,5 kg dan NPK 2,5 kg untuk ukuran kolam 500 cm x 500 cm. Perbandingan jumlah pupuk dan luas kolam ini juga dipergunakan dalam ukuran kolam, baik lebih besar maupun kecil.
7. Lapisan tanah/lumpur setinggi 20 cm.
8. Lapisan air dengan kedalaman setinggi 15 cm, yang ditaburi secara merata batang pisang sampai menutupi permukaan kolam.
Seluruh media pemeliharaan ini didiamkan agar terjadi proses permentasi dan siap untuk pemeliharaan belut selama kurang lebih dua minggu.

Pemilihan Benih
Media pemeliharaan yang sudah lengkap dan siap untuk pemeliharaan, menuntut pemilihan bibit belut yang berkualitas agar menghasilkan keturunan normal.
Syarat benih belut : pertama, anggota tubuh utuh dan mulus atau tidak cacat atau bekas gigitan. kedua, mampu bergerak lincah dan agresif. ketiga, penampilan sehat yang ditunjukan dengan tubuh yang keras, tidak lemas tatkala dipegang. keempat, tubuh berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan. kelima, usia berkisar 2-4 bulan.

Disamping itu diperhatikan pula pemilihan induk belut jantan dan betina sebagai berikut :

1. Ciri Induk Belut Jantan
Berukuran panjang lebih dari 40 cm.
Warna permukaan kulit gelap atau abu-abu.
Bentuk kepala tumpul.
Usia diatas sepuluh bulan.

2. Ciri Induk Belut Betina
Berukuran panjang 20-30 cm
Warna permukaan kulit cerah atau lebih muda
Warna hijau muda pada punggung dan warna putih kekuningan pada perut
Bentuk kepala runcing
Usia dibawah sembilan bulan.

Perkembangan Belut
Belut berkembangbiak secara alami dialam terbuka dan dapat dibudidaya dengan perkembangbiakan normal dikolam dengan media pemeliharaan yang memenuhi persyaratan. belut secara lami memiliki masa kawin selama musim hujan (4-5 bulan), dimalam hari dengan suhu sekitar 28° C atau lebih. Musim kawin ini ditandai dengan berkeliarannya belut jantan kepenjuru kolam, terutama ketepian dan dangkal yang akan menjadi lubang perkawinan. Lubang berbentuk "U"dimana Belut jantan akan membuat gelembung busa dipermukaan air untuk menarik perhatian betina, namun belut jantan menunggu pasangannya dikolam yang tidak berbusa. Telur-telur dikeluarkan disekitar lubang, dibawah busa dan setelah dibuahi akan dicakup pejantan untuk disemburkan dilubang persembunyian yang dijaga Belut jantan.

Penetasan
Telur-telur ini akan menetas setelah 9-10 hari, tetapi dalam pendederan menetas pada hari ke 12-14. Anak-anak belut ini memiliki kulit kuning yang semakin hari akan berangsur-angsur menjadi coklat. Belut jantan akan tetap menjaga sampai belut muda berusia dua minggu atau mereka meninggalkan sarang penetasan untuk mencari makanan sendiri.

Makanan dan kebiasaan makan
Belut secara alamiah memakan segala jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh di air.Belut ini akan menyergap makanannya dengan membuat lubang perangkap, lubang ini menyerupai terowongan berdiameter 5 cm.

Hama Belut
Belut jarang terserang penyakit yang disebabkan oleh kuman atau bakteri, namun mereka sering kekurangan pangan, kekeringan atau dimakan sesame belut dan predator lainnya, sehingga memerlukan air mengalir agar tetap sehat.

Setelah belut berkembang sesuai yang diharapkan, kita harus memperhatikan tata cara panen agar belut tidak luka dan tetap segar, baik untuk pasar lokal maupun antar daerah dan ekspor. Belut untuk pasar lokal hanya memerlukan ukuran sedang dengan umur 3-4 bulan, sedangkan ekspor perlu ukuran lebih besar dengan usia 6-7 bulan.

Perlakukan pasca panenpun juga harus diperhatikan, baik dalam membersihkan dan memperbaiki kolam pemeliharaan serta dilakukan penggantian media yang baru, sehingga makanan belut tidak habis bahkan semakin banyak.

Belut merupakan makanan bergizi yang layak dikonsumsi manusia, sehingga dapat dipasarkan dimanapun, baik lokal maupun ekspor dengan harga yang cukup menguntungkan.

Itulah sedikit ulasan tentang Teknik Budidaya dan Pemeliharaan Belut yang bisa saya share dan mudah-mudahan bisa memberikan sedikit gambaran dalam menjalankan budidaya belut.


Salam,
Semoga bermanfaat.

Friday, March 11, 2016

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA BELUT

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA BELUT
Poro sedulur… Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, Belut mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini Belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.

Jenis Belut ada 3 (tiga) macam yaitu Belut rawa, Belut sawah dan Belut kali/laut. Namun demikian jenis Belut yang sering dijumpai adalah jenis Belut sawah. Secara klimatologis ikan Belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan Belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
Kualitas air untuk pemeliharaan Belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.

Suhu udara/temperatur optimal untuk pertumbuhan Belut yaitu berkisar antara 25-31 derajat C. Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya Belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.

Nah baiklah mari kita ulas Pedoman Teknis Bududaya belut :

Penyiapan Sarana dan Peralatan
Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan Belut harus dibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih Belut berukuran 1-2 cm), kolam Belut remaja (untuk Belut ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan Belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan Belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan Belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.

Bangunan jenis-jenis kolam Belut secara umum relatif sama hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung Belut itu sendiri. Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran Belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam Belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam Belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2. Serta kolam Belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang Belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm. Pembuatan kolam Belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar bak tidak perlu diplester.

Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya. Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu Belut-Belut diluncurkan ke dalam kolam.

Penyiapan Bibit
~ Menyiapkan Bibit
Anak Belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan. Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibitdiperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.

Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan. Biasanya Belut yang dipijahkan adalah Belut betina berukuran ± 30 cm dan Belut jantan berukuran ± 40 cm.
Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2. Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan Belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak Belut berkisar 1,5–2,5 cm. Dalam ukuran ini Belut segera diambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak Belut dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam pendederan calon bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak Belut tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak Belut sudah bisa diperlihara dalam kolam Belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.

Perlakuan dan Perawatan Bibit; Dari hasil pemijahan anak Belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.

~ Pemeliharaan Pembesaran
 1. Pemupukan Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama.
 2.  Pemberian Pakan
Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar (belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
 3. Pemberian Vaksinasi
 4.  Pemeliharaan Kolam dan Tambak

Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan Belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.

~ Hama Penyakit
 1. Hama pada Belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan Belut.
 2. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang Belut antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan ikan gabus.
 3. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan Belut secara intensif tidak banyak diserang hama. Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.

Itulah sedikit ulasan tentang Pedoman Teknis Budidaya Belut dan Teknik Budidaya dan Pemeliharaan Belut akan kita ulas di postingan berikutnya.


Salam,
Semoga bermanfaat.

Sunday, February 21, 2016

TIPS PENANAMAN CABE MERAH DILUAR MUSIM

Tips Penanaman Cabe Merah diluar Musim.
Poro sedulur… Cabe merupakan salah satu tanaman yang sangat diperlukan oleh masyarakat, ditandai dengan permintaan yang semakin meningkat. Sedangkan daerah yang memprokuksi cabe belum mampu untuk memenuhi permintaan konsumen yang semakin meningkat tersebut.
Cabe Merah
Cabe adalah tamanan musiman yang biasanya ditanam dan dipanen pada musim kemarau. Ketika musim kemarau karena banyaknya pasokan cabe meyebabkan harga menjadi menurun, sedangkan pada musim penghujan harga cabe melonjak tinggi karena kurangnya pasokan. Untuk mengantispasi adanya fluktuasi harga yang terlalu tinggi antara musim hujan dan musim kemarau maka perlu dilakukan penanaman cabe sepanjang musim atau diluar musim (off season). Dengan melakukan budidaya di luar musim dan membatasi produksi pada saat bertanam normal sesuai dengan permintaan pasar, diharapkan produksi dan harga cabe dipasar akan lebih stabil.

Untuk mengembangkan budidaya cabe diluar musim perlu diterapkan teknologi budidaya yang tepat dan biasanya berbeda dengan teknologi budidaya pada masa tanam biasa. Dengan penerapan teknologi budidaya cabe merah yang ditanam pada musim penghujan diharapkan dapat dihasilkan cabe yang tidak kalah produksi dan kualitasnya dibanding produksi cabe yang pada ditanam pada musim kemarau.

Syarat tumbuh  untuk tanaman cabe antara lain tanah yang gembur, remah, tidak terlalu liat, tidak terlalu porous, kaya bahan organic dan  pH tanah 5,5 – 6,8.  Air yang diperlukan tersedia cukup dengan drainase yang baik.    Varietas yang dapat digunakan untuk budidaya cabe off season adalah cabe keriting TM 999, paris Minyak, cabe jatilaba, cabe besar Tit Super, cabe merah keriting lokal, Cabe hibrida (Hot Beauty, Hero).  Benih yang digunakan untuk budidaya off season ini hendaknya benih yang bebas dari hama dan penyakit, masak pohon, berwarna merah, daya tumbuh ± 80%, seragam dan bersih dari kotoran.

TEKNOLOGI BUDIDAYA
1. Pembibitan
 ~ Media pembibitan hendaknya disiapkan berupa campuran tanah subur dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1.  Pembibitan dapat dilakukan pada kantong plastic atau tempat pembibitan khusus.
 ~ Tempat pembibitan hendaknya ternaungi.  Penyiraman dilakukan setiap hari atau jika diperlukan
 ~ Umur 25 – 30 hari bibit siap ditanam dilapangan.

2. Teknologi Penyiapan Lahan
Tanah dibersihkan dan dicangkul, hendaknya dibuat bedengan berukuran lebar 120 cm, tinggi 40 – 50 cm, dengan jarak antar bedengan 50 cm.  Jika pH rendah dapat diberi kapur dolomit sebanyak ± 2 ton/ha, bersamaan dengan pemberian pupuk kandang dan pupuk dasar pada saat pengolahan tanah tahap akhir. Sebagai pupuk dasar dapat diberikan pupuk Urea 300 kg/Ha, SP36 250 – 300 kg/Ha, KCl 250 kg/Ha, diaduk secara rata. Siram seluruh permukaan bedengan dengan air hingga lembab, kemudian tutup dengan mulsa plastik.


3. Pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) 
Mulsa plastik yang digunakan adalah 12 roll/Ha. Pemasangan mulsa dilakukan pada saat terik matahari agar memeudahkan plastik mengembang dan mudah ditarik.  MPHP ditebarkan diatas bedengan, warna perak menghadap ke tas den warna hitam menghadap ke tanah. Ttepi-tepi MPHP ditarik kuat ke arah bawah hingga terasa mengembang. Jepit tepi plastik dengan bilah bambu tipis sepanjang 40 cm disepanjang tepinya pada setiap jarak 40 – 50 cm.

4. Penanaman
Lubang tanam dibuat dengan jarak tanam 60 cm dalam barisan dan 70 – 80 cm antar barisan. Bibit yang telah disiapkan sebaiknya ditanam pada pagi atau sore hari.

5.Pemeliharaan
Penyulaman dilakukan paling lambat 1 minggu untuk mengganti bibit yang mati atau sakit. Pengairan diberikan dengan cara di leb atau disiram per lubang. Untuk menopang berdirinya tanaman dapat diberi ajir setinggi 125 cm.  Tunas – tunas air yang tumbuh di bawah cabang utama dipangkas.

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT)
Pengendalian lalat buah yang sering merusak buah cabe dapat dilakukan dengan memasang perangkap berisi methyl eugenol. Pengendalian hama dan penyakit lainnya dilakukan dengan menggunakan pestisida sesuai kebutuhan dengan dosis yang sesuai petunjuk.

TEKNOLOGI PANEN DAN PASCA PANEN
Umur 60 – 70 hari setelah tanam, cabe dapat dipanen. Buah yang dipanen sudah berwarna merah. Kemasan untuk pengangkutan cabe diberi lubang angin yang cukup atau menggunakan karung jala. Tempat penyimpanan harus kering, sejuk dan cukup sirkulasi udara.

Sumber Bahan Bacaan :
- Perencanaan dan Pengaturan Pola Tanam Cabe Merah 2004 (Ir. Novita S)
- Budidaya Cabe diluar musim, 2000. Dirjen Hortikultura

BBPP Ketindan; Jl. Ketindan No. 1 - Malang
0341-426235.

Sumber artikel : gerbangpertanian.com

Salam,
Semoga bermanfaat.
luvne.com luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com.com