Teknik
Budidaya dan Pemeliharaan Belut.
Poro
sedulur… Budidaya belut sebenarnya tidak sulit dan juga tidak mahal. Masyarakat
yang memiliki lahan sempitpun dapat memelihara belut. Secara Teknis Budidaya
dan Pemeliharaan Belut (monopterus albus) hanya memerlukan perhatian dalam
memilih tempat/lokasi budidaya, pembuatan kolam, media pemeliharaan, memilih
benih, perkembangbiakan belut, penetasan, makanan dan kebiasaan makan serta
hama. Disisi lain kita memerlukan tata cara panen, pasca panen, pemasaran dan
pencatatan.
Nah
mari kita simak ulasan beberapa langkah atau Teknik Budidaya dan Pemeliharaan belut
:
Tempat/Lokasi
Budidaya
Pemilihan
lokasi bakal pembuatan kolam ditempat yang tidak secara langsung terkena sinar
matahari, meskipun dapat disiasati dengan pemberian peneduh. Disamping itu luas
lahan dengan memperhatikan kemiringan dan batas calon kolam. Kolam ini dapat
diatas tanah atau galian tanah, hal ini tergantung pada luas lahan yang akan
memudahkan pengamatan, pembangunan konstruksi kolam, seperti pintu air,
saringan dan lain sebagainya.
Pembuatan
kolam
Lokasi
yang telah ditentukan dengan memperhatikan persyaratan teknis dan jenis kolam,
baik kolam penampungan induk, kolam pemijahan dan pendederan serta kolam
pembesaran. Kolam-kolam ini memiliki ukuran tersndiri, pertama, Kolam
Penampungan Induk berukuran 200 cm x 400 cm x 80 cm, kedua Kolam Pemijahan 200
cm x 200 cm x 100 cm, ketiga, Kolam Pembesaran 500 cm x 500 cm x 120 cm.
Media
Pemeliharaan
Kolam
budidaya belut menggunakan media pemeliharaan sebagai tempat hidup berupa
tanah/lumpur sawah yang dikeringkan, pupuk kandang, pupuk kompos (sekam/gabah
padi yang dibusukkan), jerami padi, cincangan batang pisang, pupuk urea dan NPK
dengan perbandingan kurang lebih sebagai berikut :
Lapisan paling bawah tanah/lumpur setinggi 20 cm.
Lapisan paling bawah tanah/lumpur setinggi 20 cm.
1. Lapisan pupuk kandang setinggi
5 cm.
2. Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm.
3. Lapisan Pupuk kompos setinggi 5 cm.
4. Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm.
5. Lapisan jerami padi setinggi 15 cm, yang diatasnya ditaburi secara merata pupuk urea 2,5 kg dan NPK 2,5 kg untuk ukuran kolam 500 cm x 500 cm. Perbandingan jumlah pupuk dan luas kolam ini juga dipergunakan dalam ukuran kolam, baik lebih besar maupun kecil.
7. Lapisan tanah/lumpur setinggi 20 cm.
8. Lapisan air dengan kedalaman setinggi 15 cm, yang ditaburi secara merata batang pisang sampai menutupi permukaan kolam.
Seluruh media pemeliharaan ini didiamkan agar terjadi proses permentasi dan siap untuk pemeliharaan belut selama kurang lebih dua minggu.
2. Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm.
3. Lapisan Pupuk kompos setinggi 5 cm.
4. Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm.
5. Lapisan jerami padi setinggi 15 cm, yang diatasnya ditaburi secara merata pupuk urea 2,5 kg dan NPK 2,5 kg untuk ukuran kolam 500 cm x 500 cm. Perbandingan jumlah pupuk dan luas kolam ini juga dipergunakan dalam ukuran kolam, baik lebih besar maupun kecil.
7. Lapisan tanah/lumpur setinggi 20 cm.
8. Lapisan air dengan kedalaman setinggi 15 cm, yang ditaburi secara merata batang pisang sampai menutupi permukaan kolam.
Seluruh media pemeliharaan ini didiamkan agar terjadi proses permentasi dan siap untuk pemeliharaan belut selama kurang lebih dua minggu.
Pemilihan
Benih
Media
pemeliharaan yang sudah lengkap dan siap untuk pemeliharaan, menuntut pemilihan
bibit belut yang berkualitas agar menghasilkan keturunan normal.
Syarat
benih belut : pertama, anggota tubuh utuh dan mulus atau tidak cacat atau bekas
gigitan. kedua, mampu bergerak lincah dan agresif. ketiga, penampilan sehat
yang ditunjukan dengan tubuh yang keras, tidak lemas tatkala dipegang. keempat,
tubuh berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan. kelima, usia berkisar 2-4
bulan.
Disamping itu diperhatikan pula pemilihan induk belut jantan dan betina sebagai
berikut :
1.
Ciri Induk Belut Jantan
Berukuran
panjang lebih dari 40 cm.
Warna permukaan kulit gelap atau abu-abu.
Bentuk kepala tumpul.
Usia diatas sepuluh bulan.
2. Ciri Induk Belut Betina
Berukuran panjang 20-30 cm
Warna permukaan kulit cerah atau lebih muda
Warna hijau muda pada punggung dan warna putih kekuningan pada perut
Bentuk kepala runcing
Usia dibawah sembilan bulan.
Warna permukaan kulit gelap atau abu-abu.
Bentuk kepala tumpul.
Usia diatas sepuluh bulan.
2. Ciri Induk Belut Betina
Berukuran panjang 20-30 cm
Warna permukaan kulit cerah atau lebih muda
Warna hijau muda pada punggung dan warna putih kekuningan pada perut
Bentuk kepala runcing
Usia dibawah sembilan bulan.
Perkembangan Belut
Belut berkembangbiak secara alami dialam terbuka dan dapat dibudidaya dengan
perkembangbiakan normal dikolam dengan media pemeliharaan yang memenuhi
persyaratan. belut secara lami memiliki masa kawin selama musim hujan (4-5
bulan), dimalam hari dengan suhu sekitar 28° C atau lebih. Musim kawin ini
ditandai dengan berkeliarannya belut jantan kepenjuru kolam, terutama ketepian
dan dangkal yang akan menjadi lubang perkawinan. Lubang berbentuk
"U"dimana Belut jantan akan membuat gelembung busa dipermukaan air
untuk menarik perhatian betina, namun belut jantan menunggu pasangannya dikolam
yang tidak berbusa. Telur-telur dikeluarkan disekitar lubang, dibawah busa dan
setelah dibuahi akan dicakup pejantan untuk disemburkan dilubang persembunyian
yang dijaga Belut jantan.
Penetasan
Telur-telur ini akan menetas setelah 9-10 hari, tetapi dalam pendederan menetas
pada hari ke 12-14. Anak-anak belut ini memiliki kulit kuning yang semakin hari
akan berangsur-angsur menjadi coklat. Belut jantan akan tetap menjaga sampai
belut muda berusia dua minggu atau mereka meninggalkan sarang penetasan untuk
mencari makanan sendiri.
Makanan dan kebiasaan makan
Belut secara
alamiah memakan segala jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh di air.Belut
ini akan menyergap makanannya dengan membuat lubang perangkap, lubang ini
menyerupai terowongan berdiameter 5 cm.
Hama Belut
Belut jarang
terserang penyakit yang disebabkan oleh kuman atau bakteri, namun mereka sering
kekurangan pangan, kekeringan atau dimakan sesame belut dan predator lainnya,
sehingga memerlukan air mengalir agar tetap sehat.
Setelah belut berkembang sesuai yang diharapkan, kita harus memperhatikan tata
cara panen agar belut tidak luka dan tetap segar, baik untuk pasar lokal maupun
antar daerah dan ekspor. Belut untuk pasar lokal hanya memerlukan ukuran sedang
dengan umur 3-4 bulan, sedangkan ekspor perlu ukuran lebih besar dengan usia
6-7 bulan.
Perlakukan pasca panenpun juga harus diperhatikan, baik dalam membersihkan dan
memperbaiki kolam pemeliharaan serta dilakukan penggantian media yang baru,
sehingga makanan belut tidak habis bahkan semakin banyak.
Belut merupakan makanan bergizi yang layak dikonsumsi manusia, sehingga dapat
dipasarkan dimanapun, baik lokal maupun ekspor dengan harga yang cukup
menguntungkan.
Itulah
sedikit ulasan tentang Teknik Budidaya dan Pemeliharaan Belut yang bisa saya
share dan mudah-mudahan bisa memberikan sedikit gambaran dalam menjalankan
budidaya belut.
Salam,
Semoga
bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment